Sabtu, 09 November 2013

Langkah Ideal Menepis Kegundahan




 Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- pernah ditanya, “Manakah yang lebih utama bagi seseorang; apakah diberi tamkin (kemenangan) oleh Allah ataukah diberi ujian?” Jawab beliau –rahimahullah-, “Seseorang tidak akan diberi kemenangan oleh Allah hingga ia diberi ujian terlebih dahulu.” (Al-Jihad wal Ijtihad, Syaikh Umar bin Mahmud Abu Umar, hal. 68)


            Ujian demi ujian telah menimpa umat ini. Dari yang ringan dirasa hingga yang berat sekalipun telah dialami oleh umat ini. Di antara kaum muslimin ada yang sadar, dan kemudian terbangun dari kelalaian dan kelengahannya selama ini. Namun tidak sedikit juga mereka yang memanfaatkan ujian ini untuk meraup keuntungan materi duniawi yang tidak berarti. Dalam benak mereka, hidup hanya sekali dan jangan disia-siakan kesempatan emas ini, maka semakin beratlah beban yang akan dipikul oleh umat ini.
            Orang-orang yang rapuh ruhiyah dan lahiriyahnya dari pentadbiran dan pentadriban yang benar akan menganggap ujian sebagai malapetaka yang besar. Hingga akhirnya merekapun lari dari jalan yang selama ini pernah mereka geluti, karena kecilnya perasaan tsiqah dan tipisnya persangkaan baik kepada Allah (nas`alullahal a’fiyah). Adapun mereka yang berjiwa hanif akan menjadikan ujian sebagai karunia Allah terbesar, yang dengan ujian-ujian tersebut Allah ingin mengangkat derajatnya di sisi-Nya. Apapun yang mereka rasakan selama ini dari ketakutan, kecemasan, kelelahan dakwah dan jihad, ancaman, buronan dan selainnya adalah permata-permata indah yang menghiasi setiap langkah perjuangan.
            Karenanya, setiap ujian yang selama ini kita hadapi merupakan pelajaran berharga untuk menyusun langkah yang lebih ideal dan mengevaluasi setiap kinerja ‘amal jama’i’ yang selama ini digeluti. Berikut akan kami paparkan beberapa sikap yang harus kita pegang dengan kuat untuk menghadapi pasang-surutnya langkah perjuangan:
1.      Jangan sampai niat bergeser
Niat yang ikhlas adalah senjata paling ampuh untuk menumbangkan segala kugundahan dan kerisauan. Kerja keras memang butuh penilaian dan penghargaan. Namun karena kurangnya keikhlasan, tidak sedikit para pengemban diin ini menganggap bahwa keberhasilan usaha dan kerja dakwah mereka selama ini diukur penghargaan dan pujian manusia. Banyaknya pendukung dan pengikut dianggap sebuah keberhasilan dan kesuksesan. Dan banyaknya celaan dan cacian dianggap kemunduran dan ketidakberuntungan. Lupakah kita akan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)
Tidak mengeluh atas apa yang telah Allah berikan kepadanya selama ini akibat dari keiltizamannya pada jalan dakwah dan jihad merupakan salah satu bukti keikhalasan niat tersebut. Karenanya sebagian ulama salaf berkata, “Dibelahnya tubuhku lebih aku sukai daripada mengatakan, ‘Seandainya hal itu tidak terjadi,’ untuk sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah.”
Apapun yang telah Allah pilihkan untuk hamba-Nya yang beriman adalah pilihan yang terbaik, meski tampaknya sulit, berat, atau memerlukan pengorbanan harta, kedudukan, jabatan, keluarga, anak, atau bahkan lenyapnya dunia dan segala isinya.
2.      Tsiqah kepada Allah dan Rasul-Nya
Tsiqah kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan obat paling ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit yang diderita oleh umat ini, baik individunya maupun jamaahnya. Kurangnya rasa tsiqah kepada Allah dan Rasul-Nya mengakibatkan umat ini jauh amal-amal islami. Padahal jika umat ini telah jauh dari amal-amal islami maka umat ini akan mudah untuk dipalingkan dari kebenaran, dan lebih dari itu sangat mudah untuk dikuasai oleh musuh-musuh mereka.
Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhu- ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang kepada kami seraya bersabda, ‘Wahai seluruh kaum muhajirin, ada lima hal yang akan dijadikan ujian kepada kalian dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mendapati masa kelima ujian tersebut;
a.      Tidaklah suatu perbuatan keji (perzinahan) merajalela di sebuah kaum sehingga mereka melakukannya secara terang-terangan, melainkan di antara mereka akan terjangkit penyakit tha’un (lepra) dan kelaparan yang belum pernah sekalipun melanda orang-orang sebelum mereka.
b.      Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka akan dilanda paceklik, sulitnya penghidupan, dan kezhaliman penguasa.
c.       Tidaklah mereka tidak menunaikan zakat harta mereka, kecuali mereka pasti tidak akan dikaruniai air hujan. Sekiranya bukan karena hewan ternak, tentulah mereka tidak akan mendapatkan air hujan.
d.      Tidaklah mereka membatalkan perjanjian mereka dengan Allah dan Rasulullah, kecuali mereka akan dijajah oleh bangsa lain yang merampas sebagian kekayaan mereka.
e.      Tidaklah para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitabullah, atau memilah-milih hukum Allah Ta’ala sesuai hawa nafsu mereka, kecuali Allah akan menjadikan perang saudara di antara mereka’.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Inilah sebagian gambaran musibah yang akan dipikul umat ini lantaran mereka meninggalkan amal-amal islami, meremehkannya, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang berusaha untuk mengubah dan menggantinya. Wal‘iyadzubillah.
Karenanya, tidak heran jika Umar bin Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- pernah mengingatkan para pasukannya bahwa dosa-dosa yang dimiliki oleh pasukannya jauh lebih ia takuti dari jumlah dan kekuatan musuh-musuh mereka. Lantaran meninggalkan amal-amal islami umat ini terperosok ke dalam lumpur kemaksiatan dan dosa yang cukup banyak.

3.      Amal Shalih
Amal shalih merupakan sarana mempercepat datangnya pertolongan dan rahmat Allah Ta’ala. Bila melihat keadaan kaum muslimin pada hari ini ibarat melihat bebuihan yang ada di lautan. Jumlahnya yang mentereng sama sekali tidak mengendorkan nyali musuh-musuh mereka, bahkan rasa takut itu telah dibuang dari dalam dada musuh-musuh mereka dan kemudian dicampakkan oleh Allah kepada dalam hati-hati kaum muslimin (nas`alullahal ‘afiyah). Hal ini dikarenakan umat ini telah jauh meninggalkan amal-amal shalih, dan karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengingatkan kita untuk bersegera beramal shalih sebelum datangnya berbagai macam fitnah seperti bagian-bagian malam yang gelap gulita. Walaupun ada di antara mereka yang beramal shalih, namun amal-amal shalit itu sangat sedikit sekali, kalau tidak demikian maka amal-amal shalih itu adalah ritual-ritual dan rutinitas sehari-hari mereka yang sangat sedikit di antara mereka yang memahaminya dengan benar. Sebagai contoh, banyak para wanita muslimiah yang shalat dan shaum, tapi di sisi lain mereka memamerkan aurat dan mengumbar syahwat mereka. Dan tentunya masih banyak yang lainnya. Untuk itu, kita jadikan amal-amal shalih kita sebagai pendobrak keghurbahan dan kekalahan umat ini. Karena kita akan dimenangkan oleh Allah bukan karena banyaknya jumlah dan kekuatan kita, melainkan kerena kebenaran dien ini. Wallahu A’lamu bish Shawab.







                                                                   by ; Abdul Ghofeer ( MA An-nuur )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar